Tuesday, November 10, 2009

Kisah nyamuk nakal yang tragis


Apa yang akan kita lakukan, seandainya, ketika sedang menulis atau membaca buku tiba-tiba seekor nyamuk-apapun jenisnya-terbang disekitar kita dan menimbulkan bunyi dengung yang khas?.reaksi pertama kita mungkin adalah mengusirnya dengan mengibaskan tangan berkali-kali. Atau mungkin, sangat mungkin kita akan menepuk nyamuk nakal itu sampai gepeng. Kita bisa menemukan beribu alasan untuk menghabisi hidup nyamuk itu,penyebab penyakitlah, pengganggu tidurlah, perusak lamunanlah, atau mungkin alasan paling konyol, karena refleks. tetapi bisakah kita menemukan satu alasan saja untuk membiarkan nyamuk itu terus hidup? Susah memang. Karena alasan itu harus sangat kuat dan tepat saya kira.

Tetapi mari kita coba berpikir seperti ini, nyamuk itu berada disekitar kita hanya karena satu alasan yang sederhana saja, alasan yang sama seperti makhluk hidup lainnya, termasuk manusia, makan. Logikanya sangat mudah, setiap makhluk hidup membutuhkan makanan untuk terus hidup. Artinya makhluk hidup akan terus berusaha untuk mendekati sumber penghidupan mereka. Seperti kita mendekati dan berusaha untuk mendapatkan uang- yang kemudian kita konversi menjadi berbagai hal pemenuh kebutuhan kita, salah satunya adalah makanan .Nyamuk, dalam hal ini mendekati sumber penghidupan mereka, yaitu darah. Kebetulan kita manusia adalah hewan penghasil darah.nyamuk tidak memilih untuk menjadi penghisap darah, tentu saja, seperti kita tidak memilih untuk menjadi pemakan segala hal alias omnivora.

Hidup adalah sebuah pilihan, tetapi saya pikir pilihan itu hanya berlaku untuk yang berakal seperti manusia. Dengan akalnya manusia bisa memilih untuk melakukan kebaikan atau keburukan. Dengan akal, kita akan menentukan apakah hidup nyamuk yang berkeliaran mencari makan disekitar kita itu harus terus hidup atau mati. Maksudnya?. Jelas sekali, bahwa jika kita berakal tentu kita akan memiliki pengetahuan, dengan memiliki pengetahuan kita akan memilah untuk kemudian memilih. Contohnya, dengan pengetahuan kita tahu bahwa nyamuk yang wajib untuk kita akhiri hidupnya adalah nyamuk penyebar penyakit, nyamuk seperti ini tentunya membawa identitas yang akan kita kenali, seperti misalnya nyamuk penyebab malaria atau demam berdarah, dengan ciri-ciri seperti ini dan itu. Dengan bekal pengetahuan seperti ini, maka tindakan kita selanjutnya adalah tepukan tangan kearah hewan malang ini, yang tidak memilih untuk menjadi penyebar penyakit.

Makhluk berakal bukanlah makhluk yang akan bertindak tanpa dasar pemikiran. Makhluk berakal akan selalu berpikir sebelum bertindak. Karena setiap tindakan dari makhluk berakal akan berdampak luas, vital, fatal dll. Seperti cerita legendaris Romeo and Juliet, (saya sedikit lupa detail ceritanya, mohon maaf dan mohon dibenarkan kalau tidak akurat). Setelah mendapat kabar bahwa Romeo telah mati, Juliet memutuskan untuk mengakhiri nyawanya dengan meminum racun. Ternyata Romeo belum mati dan masih sehat wal’afiat serta berada dalam naungan yang maha kuasa. Tetapi kemudian setelah mengetahui bahwa kekasih hatinya telah tewas bunuh diri, bisa dibayangkan betapa hancur hati Romeo. Akhirnya Romeopun memutuskan untuk mengikuti jejak Juliet, bunuh diri. Tragis bukan?. Kalau saja Juliet menggunakan akalnya untuk menunggu dan melakukan check and recheck-cek dan ricek-, serta tidak mendasarkan keputusannya atas isu dan keputusasaan hatinya. Dan bolehlah juga jika ditambahkan dengan cinta yang mendalam (atau membabi buta?). maka kita tidak akan pernah mengenal kisah tragis Romeo and Juliet. Mungkin yang akan kita kenal adalah kisah Romeo and juliet yang bahagia sampai akhir, atau kita akan mendengar kisah serial berikutnya dari William shakespeare tentang kisah ini. Misalnya Romeo yang mengalami pubertas kedua, atau tentang Juliet yang mengalami menopause.

Kembali ke nyamuk. Kita tahu bahwa nyamuk sangat gesit ketika menghindari usaha pembunuhan atas dirinya. Sangat mungkin sebelumnya mereka megikuti pelatihan dahulu dari koloninya sebelum mencari makan sendiri. Sangat tidak mudah membunuh nyamuk bukan?. tetapi, ada nyamuk yang sangat gampang kita habisi. Pernahkah anda melihat nyamuk, tepatnya dua ekor nyamuk yang terbang berimpitan? Mungkin sedang bertengkar atau mungkin juga sedang bercinta. irama dan alur terbang mereka sangat tidak beraturan, kadang rendah kadang tinggi, kadang cepat kadang lambat.Nyamuk dalam keadaan seperti ini mudah sekali terbunuh. Ada penjelasan apakah dibalik perilaku ini? Hmm, profesi saya sebetulnya bukanlah psikolog bangsa serangga, dan sayapun tidak pernah membaca buku tentang pola-pola perilaku sosial bangsa serangga, bahkan nilai-nilai pelajaran biologi saya ketika sekolah tidak pernah melewati angka 6. tetapi ijinkan saya mencoba menjabarkan.

Nyamuk yang terbang berimpitan dan tidak beraturan ini, saat itu sangat mungkin dalam kondisi dikuasai oleh emosi yang tidak terkendali, apakah mereka sedang bertengkar atau bercinta tidak soal, yang pasti saat itu yang berkuasa adalah emosi mereka. akibatnya tingkat kewaspadaan mereka terhadap situasipun menjadi tipis, akhirnya kematian yang tragis menimpa mereka.sama seperti kisah Romeo and Juliet bukan?. mendahulukan emosi daripada akal sehat, pada ujungnya akan mengalami akhir yang tragis. Bukan berarti kita harus selalu mendahulukan akal.bagaimanapun juga manusia adalah makhluk yang luar biasa. Kita memiliki 3 hal yang tidak dimiliki oleh makhluk lain, 3 hal yang membedakan kita dari semua makhluk ciptaan tuhan. Yaitu, naluri, nurani dan logika.

Digun,desember 08.sore.

Petikan dari :

http://www.penulisindonesia.com

No comments: